VAMPIR
Sekolah Hantu
“Bro loe tau ga nie jam berapa?”. Tanya Sam yang sedari tadi
masih meneguk sebotol bir.
“Alahh....palingan masih jam 12 malem. Emang kenapa bro?”
Roy pun bertanya.
“Jam 12 ?! Bro ayo kita pulang, sebelum gue jadi bahan
makian nyokap gue.” Dengan wajah yang tidak teratur Sam merengek minta pulang.
Akhirnya dengan sangat sangat kecewa Roy pun mengabulkan permintaan Sam.
Sebenernya,
Sam adalah nama panggilan bwt Sam. Yahh.. Samidi adalah nama aslinya, tapi
karna tidak lulus SNI (Standar Nama Indonesia) jadi manggilnya Sam ajja. Oke...
Di sekolah dia adalah anak yang
terkenal badoeng tapi sedikit manja (Pikir aja ndiri gimana sifatnya).
Maklumlah anak mami. Dia masih duduk di kelas XII IPA X (ga boleh sebut merk).
Sam mempunyai banyak teman, salah emppatnya adalh Roy, Rendy, Surya, dan Sunny.
Mereka tergabung dalam The Turthres (alias Tu R Three S).
Pagi
hari yang cerah adalah saat yang tepat untuk mengawali hari dengan semangat.
Sam berangkat lebih awal, padahal biasanya dia adalah ketua dari siswa yang terlambat.
Sam langsung menuju tempat dimana geng The Turthres berkumpul. Kalian tau
dimana mereka biasa berkumpul? Tuilet adalah tempat favorit geng aneh itu. Di
sana mereka bisa mengibuli siswa kelas X dengan sesuka mereka tanpa merasa
gelisah ada guru yang melihat mereka. Ngapaen juga guru ke tempat terjorok di
sekolahan. Ieuhh...
Karena kebiasan aneh berkumpul di tuilet
itulah mereka di juluki ‘Makhluk Tuilet’. Tidak lama kemudian, ke-4 teman
anggota lainnya pun datang.
“Sam, ada yang aneh ga cie sama
hari ini?” tanya Roy.
“Aneh apanya? Ini itu adalah hari
yang pas & mantab bwt kita ngibulin adik kelas.” Jawab Sam dengan santai
sambil melihat sekeliling.
“Bro, loe mau ngibulin siapa? Loe
lihat dong, di sini itu ga ada orang kecuali kita”. Rendy menyangkal. “Tau nie,
loe mau ngibulin hantu?” Tanya Surya.
“Wa...waduh, kenapa tumben hari
ini gue agak sedikit bodoh. (Padahal biasanya juga bodoh) Bener juga kata loe.”
Kata Sam.
Mereka
bertanya-tanya mengapa tidak ada seorang pun yang berada di sekkolah ini. Apa
mungkin hari ini hari libur? Tapi ga mungkin, hari ini kan hari senin. Mereka
mencari-cari seisi sekolah tapi tidak ada orang yang mereka temukan, karna memang
tak ada orang di sana. Yang membuat mereka tambah bingung lagi , jalanan
menjadi sepi karena tidak ada kendaraan maupun orang yang berlalu-lalang. Tidak
ada orang yang bisa menjawab semua pertanyaan yang ada di dalam benak mereka.
“Bro, gimana klo kita ke rumah loe aja? Siapa tau nyokap loe ada di rumah.”
Kata Rendy kepada Sam.
“Ide bagus. Let’s go.” Mereka pun
meninggalkan sekolah dan menuju rumah Sam. Mereka tidak menyadari bahwa ada
sesuatu yang tertinggal di tuilet sekolah.
Sesampainya
di rumah Sam, mereka tidak melihat ada tanda- tanda kehidupan di dalamnya.
Semua ruangan di rumah Sam jika di ibaratkan, seperti baju yang sudah tidak
kucel lagi. Bayangkan saja mereka telah mengelilingi seisi rumah Sam hingga
satu jam lebih. Tapi, tidak ada orang yang berhasil mereka temukan. Mereka
terlihat kelelahan. Hingga akhirnya mereka tertidur di atas sofa sampai malam
hari.
“Bro, bangun bro!!” Teriak Sam.
“Kita ada di mana nie bro?” tanya
Roy.
“Di rumah gue lah... (berpikir
sejenak) Roy, loe tau ga di mana rumahnya bu Nita?” Tanya Sam dengan muka agak
serius. “ Tau, tapi..... dimana ya?” berpikir lagi sejenak “Oh ya, alamtnya itu
klo ga salah ada di handphone gue.” Mencari- cari handphonenya “Aduh gue lupa.
Handphone gue kayaknya ketinggalan di tuilet sekolah deh.” Roy teringat dengan
handphone-nya.
“Sam, kenapa loe tanya rumahnya
Bu Nita?” Tanya Sunny.
“:Gue pernah denger klo Bu Nita
tu pernah ngomong klo ada dunia lain di dalam sekolah ini. Sebenernya ga
sengaja denger bro. Waktu itu Bu Nita sedang berbicara dengan Pak Ngadimin.
Ya... mudah- mudahan lewat Bu Nita kita bisa mencari tau apa yang sebenernya
terjadi.” Kata-kata yang keluar dari mulut Sam terasa berbeda dengan biasanya.
Mereka
langsung menuju ke tempat di mana handphone Roy tertinggal yaitu di tuilet.
Tapi, hal aneh kembali terjadi lagi. Ketika mereka meninggalkan rumah Sam,
keadaan di luar seperti kembali seperti semula. Mobil, orang, dan yang lainnya
berlalu-lalang. Mereka tidak berani bertanya kepada orang* itu. Karena mereka
masih curiga dengan apa yang terjadi. Mereka pun akhirnya melanjutkan
perjalanan menuju sekolah. Dan tidak seperti yang ada di benak mereka. Banyak
siswa-siswi yang berkeliaran di sekolah, mereka memaki seragam sekolah dan
membawa tas. Sam dan teman-temannya tambah bingung dengan keadaan ini.
Sam
melihat siswa yang biasa mereka bully. Dia mendekati siswa itu dengan caranya
dia. Berjalan dengan senyum berseri, tangan dilambai-lambai, seras bahwa dialah
yang punya monas. Sekarang jarak antara Sam dengan siswa itu tinggal setengah
meterlah, tapi siswa itu tiba-tiba memukul Sam hingga terjatuh dan tangannya
tertusuk paku hingga berdarah. Siswa-siswi yang berada di sekitar Sam terjatuh,
tiba-tiba mendekat. Tapi, bukan karna ingin menolong Sam, sebaliknya
mereka ingin memakan darah segar yang
mengalir di tangan Sam.
Tanpa
komando dari siapapun. Tiba-tiba tangan Sam di tarik oleh seseorang yang tidak
di kenal menuju tuilet. Ternyata teman-teman Sam sudah berkumpul di sana.
“Pak Ngadimin sudah menceritakan
semuanya Sam, pada kami.” Kata Rendy. “Sebenarnya kita sekarang sedang berada
di dunia vampir. Di dunia ini semuanya kebalikan dari dunia kita. Kamu tadi
ketemu sam siswa yang biasa kamu bully kan. Tapi, kamu ga bisa melawan dia
setelah dia memukul kamu. Itu juga pengaruh dari dunia vampir ini.” Terang
Sunny yang paling cool diantara yang lainnya.
“Sstt... sini deh. Ngomong-ngomong
kenapa si tukang kebun itu ikut-ikutan kita dan malah menbantu kita?” Tanya
Sam. “He.em...” Pak Ngadimin membuat mereka terkejut.
“Saya ini tidak suka jika ada
siswa yang masuk dan terperangkap di sini. Saya ini bisa keluar masuk dunia
vampir ini. Pagi hari saya berada di sekolah nyata dan jika amalam hari saya
berada di sini. Kalian bisa saja keluar dari sini, tapi keberadaan kalian sudah
diketahui oleh Ratu kami. Satu-satunya jalan yaitu dengan melewati ruang ‘Pemisah
Dunia’. Ruangan itu berada di toilet wanita, dan sekarang ini ruangan itu pasti
telah di kunci oleh Ratu.” Jelas Pak Ngadimin. “Sekarang kunci itu ada di mana
pak?” Tanya Sam.
“Kunci itu berada di kantor
Kepsek. Tepatnya di laci paling bawah dan bertuliskan ‘DP’ (bukan Dewi Persik).
Mungkin kalian harus terus berada di sini sampai keadaan sedikit aman. Karna,
setelah tau ada manusia di sini Ratu mulai memperketat penjagaan untuk mencari
kalian.” Jawab pria tua itu.
“kenapa kita harus selalu berada
di sini?” Roy bertanya.
“karna di sinilah kelemahan para
vampir. Bau yang di hasilkan oleh toilet menjadi racun bagi vampir di sini. Dan
satu lagi, saya ini bukan vampir!” jelas pak Ngad.
Ternyata
toilet bukan hanya sebagai markas, tetapi juga sebagai penolong bagi ke-5
sahabat itu. Karna penasaran apa yang sedang terjadi di luar sana, Sam dan
teman-temannya pun mengikuti Pak Ngadimin yang masuk ke dalam kantor Kepsek.
“Ratu, maafkan saya. Saya harus
melindungi ke-5 anak itu. Saya tau apa yang saya lakukan ini melanggar perintah
Ratu. Tapi, mereka hanya akan membawa bencana bagi kehidupan kita. Jadi,
lepaskan saja mereka Ratu sebelum bencana melanda dunia kita.” Kata Pak
Ngadimin. “Lepaskan katamu?! Mereka datang tanpa seizinku. Kamu taukan apa yang
harus mereka dapatkan. Dan mereka tidak akan bisa mengacaukan dunia ku. Hahahaaa”
“Baik Ratu.” Pak Ngadimin
menunduk sambil memikirkan sesuatu. Tiba-tiba PRAKK.... sebuah guci tersenggol
oleh Sam dan menyebabkan para vampir mengejar Sam, Roy, Rendy, Surya dan Sunny.
“Bro, ternyata Bu Nita adalah
Ratu dari vampir-vampir ini.” Sambil berlari Sam mengutarakan pendapatnya
tentang semua yang terjadi. Tapi, alangkah terkejutnya Sam melihat
teman-temannya sudah tidak berada di belakangnya. “Alamaakk... kemana ini
teman-teman ku?” Sam berlari menuju toilet, karna menurut dia hanya di sanalah
tempat paling aman untuk saat ini.
Sam
berpikir apa yang harus dia lakukan, sampai seisi toilet penuh dengan asap yang
keluar dari kepala Sam. Sam berharap apabila semua ini tidak terjadi. Dia ingin
merubah kehidupannya menjadi lebih baik. Tapi itu hanyalah sebuah mimpi, karna
dia sekarang ada di dunia vampir. Sekarang Sam hanya bisa meratapi keadaan. Di sela-sela
ratapannya Sam teringat akan kunci yang di simpan di kantor Kepsek yang di
gunakan untuk membuka ‘Dunia Pemisah’. “Ya, aku harus mendapatkan kunci itu dan
kembali ke dunia ku.”
Sam
kemudian memberanikan diri untuk mencari kunci itu. Dia hampir saja tertangkap
oleh para vampir yang sedang mencarinya. Para vampir ternyata berkumpul di
lapangan tengah. Teman-teman Sam juga ada di sana. Mereka di kelilingi oleh
para vampir itu. Tangan dan kaki mereka di ikat dengan tali sedangkan mulut
mereka di tutup dengan lakban.
“Anak muda !! sini!!.” Pak
Ngadimin menyuruh Sam untuk mendekat dengannya. “Kau ini tidak aman di sini.
Jadi kita harus pergi.” Lanjut Pak Ngadimin.
“Tapi pak....” Belum selesai Sam
berbicara, Pak Ngadimin menarik tangan Sam dan pergi meninggalkan tempat itu.
Dan kalian pasti tau kemana.
“Sebenarnya apa yang para vampir
itu lakukan terhadap teman-teman ku pak?”
Tanya Sam dengan wajah cemas. Pak
Ngadimin tidak menghiraukan pertanyaan Sam dan malah menyuruh Sam cepat-cepat
menemukan kunci itu. Sam masih merasa penasaran dengan apa yang terjadi dengan
teman-temannya. Dia meminta Pak Ngadimin menjelaskannya. “Kalian tau kan, kalau
kalian dapat di katakan sebagai penyusup di dunia kami. Dan hukuman bagi para
penyusup adalah di jadikan tumbal dalam upacara Persembahan Dewa Vampir. Dan
acara itu akan dilaksanakn malam ini juga. Teman-temanmu sudah tertangkap dan
sekarang mereka mencari mu untuk melengkapi tumbal. Tidak ada yang bisa
menyelamatkan kamu dan teman-temanmu kecuali dengan kunci yang di sembunyikan
oleh Ratu. Waktumu tinggal satu jam dari sekarang. Temukan kunci itu dan semua
akan berakhir.
Pak
Ngadimin kemudian memberikan cairan pembasmi vampir. Warnanya agak sedikit
kekuningan. Tahu kan kalian apa yang ditakuti oleh vampir? Gak usah sebutin
deh.
Sam
bergegas mencari kunci ‘DP’. Ini adalah waktu yang tepat karna para vampir
sedang berkumpul di lapangan. Tempat yang di tuju Sam adalah ruang Kepsek. Sam
bingung, karna dia baru menyadari bahwa diruangan itu banyak sekali laci. Tapi,
dengan semangat, Sam mencari hingga banyak waktu yang terbuang hanya untuk
mencari kunci itu.
Laci
paling bawah no. 23 dari pintu, tersimpan kunci yang di cari-cari oleh Sam. Pertama
kali yang di pikirkan Sam setelah menemukan kunci itu adalah menyelamatkan
teman-temannya. Tapi, Sam terlambat. Teman-temannya telah dijadikan tumbal dan
tidak bisa diselamatkan lagi. Sam kembali termenung. Dia menyesal dengan apa
yang telah terjadi. Kenapa dia tidak menyelamatkan teman-temannya terlebih
dahulu baru menemukan kunci itu? Kenapa hanya dia yang tersisa? Kenapa dia
tidak mementingkan teman-temannya dan lebih mementingkan keselamatannya
sendiri? Banyak ‘kenapa’ yang muncul dalam otaknya.
Lamunan
Sam terganggu, setelah para vampir ingin menangkap Sam. Tapi, dengan adanya
cairan pembasmi vampir yang di berikan Pak Ngadimin vampi-vampir itu bisa di
kalahkan. Walaupun masih ada yang mengejar Sam hingga sampai di toilet
perempuan di mana Dunia Pemisah berada. Sam segera mengunci pintu toilet agar
sedikit menghambat si vampir. Semua tidak semudah yang Sam bayangkan, Dunia
Pemisah tidak dapat di temukan. Sedangkan para vampir telah berhasil merusak
pintu toilet. Detik-detik menegangkan pun terjadi. Di saat itu tangan Sam
tertusuk kaca dan para vampir semakin semangat dengan bau darah yang mengalir
di tangan Sam. Sam sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Sampai akhirnya.....
“Sam!!!
Ini adalah terakhir kalinya mam nge-banguni kamu. Jika tidak bangun, ya udah...”
Sam bangun dan melihat kanan, kiri, atas, bawah. “Mamaaaa....” Berlari sambil
memeluk mamanya.
“Makasih ma, karna mama telah
menyelamatkan aku dari para vampir.” Mama Sam bingung dengan sikap anak semata
wayangnya itu. Muntkin nyawa anaknya itu belum terkumpul atau dia belum minum
obatnya.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar